REVIEW
ASSESMEN UNIT 9
Dosen:
NUR
JANNAH S.pd
OLEH
1. Matharis Adi Jamil (201110328)
2.
Taufik kurohman (201110308)
3.
Purdianto (201110296)
4.
Ari wahyudian. P (201110305)
5.
Elly irianti. W (201110323)
6.
Faridatus sufyani (201110325)
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Abdurrachman Saleh
SITUBONDO
2012
Pendahuluan
ketika Anda sebagai guru melakukan
evaluasi terhadap anak didik, tentunya ada informasi yang dihasilkan dan
ditunggu-tunggu oleh banyak pihak yang berkepentingan. Melaporkan hasil belajar
merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Anda sebagai guru kepada para pemangku
kepentingan atau stakeholders untuk memberikan informasi tentang
sejauhmana proses belajar berhasil mencapai tujuan yang diidam-idamkan.
Oleh karena itulah, begitu informasi
mengenai seorang siswa sudah terkumpul hingga akhirnya dianalisis dan diinterpretasi,
maka implikasi dari informasi tersebut harus dikomunikasikan. Agar informasi
yang disajikan dapat dipahami oleh berbagai pihak dengan baik, ada beberapa hal
yang harus diikuti dengan baik khususnya terkait dengan format dan pengguna
laporan.
saudara, tentunya ada sudah sering
mendengar istilah manajemen berbasis sekolah. Bahkan sebagian besar dari Anda
telah memahami konsep manajemen berbasis sekolah dengan baik. Sekedar
mengingatkan, unsur penting dalam manajemen berbasis sekolah adalah partisipasi
masyarakat, transparansi dan akuntabilitas publik. Kesadaran yang semakin besar
dari berbagai pihak termasuk mereka yang berada di dunia pendidikan untuk
menerapkan dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip akuntabilitas turut
mempengaruhi kebutuhan untuk melaporkan hasil belajar disekolah. Memang,
akuntabilitas memungkinkan pihak-pihak lain mengevaluasi apa yang telah
dilakukan oleh pihak sekolah dengan cara menganalisis berbagai hasil asesmen,
karena asesmen sendiri merupakan upaya untuk melihat belajar siswa secara lebih
dekat (Headington, 2000).
Penerapan manajemen berbasis sekolah
yang memberikan peran penting terhadap masyarakat terkait dengan dukungan dana
dan aspek akademik, juga menjadikan laporan kemajuan hasil belajar sebagai
salah satu bentuk pertanggungjawaban lembaga sekolah terhadap orangtua peserta
didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya.
Pelaporan (reporting) hasil asesmen sendiri juga merupakan salah satu
bagian penting dari proses asesmen terkait dengan upaya proses menginformasikan
kepada pihak lain yang berkepentingan mengenai pembelajaran yang telah terjadi
atau dilakukan.
Pelaporan itu bisa formatif, yakni
ketika pelaporan memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat
dikembangkan melalui proses belajar mengajar yang akan dilakukan, atau bisa
juga sumatif, ketika pelaporan memberikan informasi mengenai belajar siswa pada
saat tertentu. Oleh karena itulah pelaporan hasil belajar siswa bisa dilakukan
setiap akhir semester, tiap tengah semester, bulanan, mingguan atau harian.
Sementara itu pelaporan bisa dilakukan oleh guru bidang studi, guru wali kelas,
dan kepala sekolah. Proses pelaporan sendiri bisa dilakukan secara lisan (oral)
maupun tertulis (written), dalam bentuk kata kata maupun angka.
Lalu kapan pelaporan hasil belajar bisa
dilakukan? Pelaporan bisa dilakukan pada berbagai kesempatan sesuai dengan
kesepakatan Anda dengan pihak-pihak yang akan menerima atau kreativitas Anda
sendiri untuk merancang kegiatan yang didalamnya ada kegiatan pelaporan hasil
belajar siswa. Oleh karena itulah kegiatan pelaporan itu bisa saja dilakukan
dalam acara-acara biasa maupun pada saat kenaikan kelas, pameran, atau kegiatan
lainnya.
Uraian
Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2004), pelaporan hasil belajar peserta didik
memiliki sejumlah asas, yaitu:
1. memperkuat
motivasi belajar siswa
2. memperkuat
daya ingat dan meningkatkan kemampuan transfer hasil belajarnya
3. memperbesar
pemahaman siswa terhadap dirinya
4. memberikan
umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran.
1.
Kriteria Pelaporan
Laporan hasil belajar disusun untuk
memberikan informasi yang bermanfaat mengenai kemampuan peserta didik kepada
pihak-pihak tertentu yang berkepentingan agar mereka turut meningkatkan
kemampuan peserta didik. Oleh karena itulah Departemen Pendidikan Nasional
(2004) menentukan sejumlah criteria penyusunan laporan hasil belajar yang harus
diikuti agar tujuan dari pelaporan itu sendiri bisa tercapai dengan baik,
yaitu:
a) menggunakan
format dan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami. Pelaporan hasil belajar
haruslah mudah dibaca, dipahami, dan mudah diterapkan sesuai dengan maksud dan
tujuan laporan. Pelaporan juga harus benar-benar komunikatif, artinya sajian
laporan yang berupa naratif, tabel, dan grafik benar-benar bisa dipahami dengan
mudah oleh si penerima atau pengguna laporan (siswa, orang tua, dan masyarakat
luas) dan siapapun yang berkepentingan dengan laporan; Oleh karena itulah
bentuk dan format laporan yang akan disampaikan harus disesuaikan dengan pihak-pihak
yang akan menerima laporan (dan juga waktu pelaporan.
b) berkaitan
erat dengan hasil belajar yang ingin dicapai siswa;
c) memuat
hasil pengolahan data yang konsisten (ajeg);
d) menitikberatkan
pada hasil yang dicapai siswa;
e) berisi
informasi tingkat pencapaian hasil belajar dalam kaitannya dengan standar
kemampuan yang ditetapkan;
f) memberikan
informasi kemampuan akademik (penguasaan standar kemampuan mata pelajaran),
sosial, emosional dan fisik yang dicapai siswa;
g) konsisten
dengan pelaksanaan penilaian;
h) dapat
memberikan informasi untuk melakukan diagnostik hasil belajar;
i)
memberikan informasi
yang dapat membantu orang tua untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan siswa;
j)
dapat memberikan
informasi kemampuan siswa secara individu maupun kelas dalam mencapai
kompetensi dasar;
k) menarik
dan memuat aspek-aspek yang berguna bagi peningkatan kemampuan siswa.
2.
Beberapa Jenis dan Model Laporan Asesmen Proses dan Hasil Belajar
Sebelum membahas beberapa jenis dan
model laporan asesmen pembelajaran siswa, tentunya Anda sudah tidak asing lagi
pada berbagai jenis dan model laporan yang ada di lapangan.
a) Menggunakan
Angka, Yaitu ketika kita menggunakan angka 1 s.d. 10 atau 1 s.d. 100. Angka
memang banyak digunakan didalam melaporkan hasil asesmen belajar peserta didik
karena sejumlah pertimbangan. Setidaknya ada lima kelebihan sehingga nilai
angka banyak digunakan. Pertama, penggunaan angka cukup mudah dilakukan oleh
siapa saja. Kedua, banyak pihak yang meyakini bahwa menginterpretasikan angka
cukup mudah. Ketiga, angka dapat meringkas dan merepresentasikan kinerja secara
keseluruhan. Keempat, nilai yang ditulis dengan angka lebih bersifat kontinyu
dibandingkan dengan nilai yang dituliskan dengan menggunakan huruf. Kelima,
nilai angka bisa dipergunakan bersama dengan nilai huruf.
b) Menggunakan
kategori, Dalam hal ini hasil belajar peserta didik dinyatakan dalam bentuk kategori
seperti: baik, cukup, kurang atau sudah memahami, cukup memahami, dan kurang memahami.
Ada beberapa kelebihan sehingga beberapa pihak terkadang menggunakan kategori. Salah
satu pertimbangannya adalah dampak dari kategori tidak terlalu buruk bagi siswa
yang duduk di tahun-tahun awal jika dibandingkan dengan nilai angka, terutama
jika hasil belajar mereka kurang sesuai dengan harapan. Namun demikian, cara
ini juga mengandung kelemahan. Salah satu kelemahan yang cukup menonjol adalah
bahwa kategori tidak mengkomunikasikan cukup informasi mengenai kinerja siswa
bagi pihak lain untuk menilai kemajuan yang telah dicapai.
c) Menggunakan
Narasi Laporan naratif memuat secara rinci apa yang telah dipelajari oleh seorang
siswa termasuk usaha yang telah dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di
kelas. Diharapkan laporan naratif ini bisa mengatasi atau menutupi kekurangan
yang ada pada nilai dalam bentuk huruf, mengingat nilai dalam bentuk huruf
cenderung menyederhanakan informasi yang sangat banyak menjadi sebuah simbol.
Di samping itu, laporan naratif juga memungkinkan guru memasukkan berbagai informasi
yang bersifat unik mengenai proses yang dilakukan seorang siswa atau sesuatu
yang unik yang dilakukan oleh seorang guru. Kedua hal yang disebutkan terakhir
itu rasanya tidak akan muncul pada bentuk laporan yang standardized (Power
& Chandler, 1998). Kelebihan laporan naratif yang lain adalah terkait
dengan konsep pemberian deskripsi yang komprehensif mengenai belajar dan
perkembangan peserta didik. Dalam laporan naratif aspek ini mendapat tempat
yang cukup istimewa. Oleh karena itu jika laporan naratif ini digarap dengan
sangat baik, berbagai deskripsi yang tertulis disana akan sangat berarti bagi
para orang tua dan peserta didik sendiri dibandingkan dengan ringkasan singkat
seperti nilai. Namun demikian, laporan naratif juga memiliki sejumlah
keterbatasan, terutama jika laporan tidak ditulis dengan baik dan mengabaikan
aspek-aspek yang sensitif. Harus diakui memang tidak mudah bagi guru untuk
menulis sebuah laporan naratif mengenai seorang siswa. Hal-hal yang sensitif
itu biasanya terjadi manakala seorang guru harus menggambarkan kemampuan atau
sikap siswa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penulis laporan harus
pandai-pandai memilih kata atau istilah yang tepat untuk menggambarkan
kelemahan siswa sehingga apa yang disampaikan justru menjadi pendorong bagi
siswa untuk berprestasi, bukan sebaliknya. Harus selalu diingat oleh semua
pihak bahwa tujuan asesmen pada hakekatnya adalah melakukan perbaikan terkait
dengan belajar siswa.
d) Menggunakan
Kombinasi seperti Angka, Kategori, dan Uraian atau Narasi Mengkombinasikan
angka, kategori, dan uraian atau narasi cukup bagus karena bersifat saling
melengkapi dan membuat laporan lebih jelas dan komprehensif. Kelemahan yang
dimiliki angka, bisa ditutupi dengan kelebihan yang ada pada kategori dan
uraian. Kelemahan yang ada pada narasi pun bias diatasi dengan adanya angka dan
kategori.
e) Menggunakan
Grafik Anda juga dapat menggunakan histogram untuk menampilkan skor nilai ujian
harian. Anda bisa melakukan hal ini pada akhir semester. Angka-angka yang
berada pada garis vertikal (lihat gambar), yaitu Frequency of scores (1, 2, 3,
4, dst.), memperlihatkan skor tertinggi yang pernah dicapai siswa. Sementara
angka-angka yang berada pada garis horizontal menunjukkan ujian harian siswa.
Dengan demikian, histogram tersebut bisa memperlihatkan pokok bahasan yang
telah dikuasai siswa, dan pokok bahasan yang kurang dikuasai siswa.
1.
Laporan Hasil Belajar Siswa oleh Guru Mata Pelajaran
Sebagaimana telah Anda ketahui, orang
tua sangat berkepentingan dengan laporan hasil belajar agar bisa mensikapi dan
mengambil tindakan lebih lanjut terkait dengan apa yang terjadi dengan prestasi
putra-putri mereka di sekolah. Oleh karena itulah berbagai bentuk laporan yang ada
harus menjamin orang tua peserta didik untuk mengetahui dan memahami sejauh
mana putra-putri mereka telah menguasai kompetensi mata pelajaran di sekolah.
Untuk itu para peserta didik pun harus bias membaca dan memahami laporan hasil
belajar mereka. Laporan hasil belajar siswa yang dibuat oleh guru mata
pelajaran itu mempunyai sejumlah fungsi sebagai berikut.
·
mempertimbangkan
tingkat kompetensi siswa dalam mata pelajaran.
·
mempertimbangkan
pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar siswa.
·
pelaksanaan program perbaikan
dan pengayaan.
·
sebagai sumber untuk
wali kelas dalam kepentingan kenaikan kelas.
·
melihat tingkat
kemampuan siswa dalam kelasnya.
·
sumber informasi bagi
orang tua tentang perkembangan dan tingkat kemampuan anaknya (Depdiknas, 2006).
Histogram
Selain histogram, ada juga bentuk
pelaporan lain grafik radar juga bias digunakan untuk melaporkan
hasil belajar peserta didik terutama terkait kelemahan dan sekaligus
kelebihan peserta didik, tanpa melakukan penggabungan.
Contoh
bentuk laporan hasil belajar yang menonjolkan masing-masing aspek tanpa
penggabungan nilai
1. Laporan Hasil
Belajar Siswa oleh Guru Mata Pelajaran
2.
Laporan Hasil Belajar Siswa oleh Wali Kelas
Tidak seperti laporan yang dibuat oleh guru
mata pelajaran, laporan hasil belajar siswa yang dibuat oleh wali kelas
lebih menekankan pada ketercapaian siswa dalam kemampuan yang ditetapkan dari
seluruh mata pelajaran yang telah ditempuh siswa. Oleh karena itu laporan
tersebut merupakan hasil belajar yang bersifat akademik (raport) serta hasil
belajar non akademik yang berbentuk kualitatif.
RANGKUMAN
Kesadaran yang semakin besar dari
berbagai pihak untuk menerapkan dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip
akuntabilitas turut mempengaruhi kebutuhan untuk melaporkan proses dan hasil
belajar di sekolah. Memang, akuntabilitas memungkinkan pihak-pihak lain mengevaluasi
apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan cara menganalisis berbagai
hasil asesmen. Pelaporan itu bisa formatif, yakni ketika pelaporan memberikan informasi
mengenai pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui proses belajar mengajar yang
akan dilakukan, atau bisa juga sumatif, ketika pelaporan memberikan informasi mengenai
belajar siswa pada saat tertentu.
Oleh karena itulah pelaporan hasil
belajar siswa bisa dilakukan setiap akhir semester, tiap tengah semester,
bulanan, mingguan atau harian. Sementara itu pelaporan bisa dilakukan oleh guru
bidang studi, guru wali kelas, dan kepala sekolah. Proses pelaporan sendiri
bisa dilakukan secara lisan (oral) maupun tertulis (written), dalam bentuk
kata-kata maupun angka.
Pelaporan bias dilakukan pada berbagai
kesempatan sesuai dengan kesepakatan Anda dengan pihak-pihak yang akan menerima
atau kreativitas Anda sendiri untuk merancang kegiatan yang di dalamnya ada
kegiatan pelaporan hasil belajar siswa. Oleh karena itulah kegiatan pelaporan
itu bisa saja dilakukan dalam acara-acara biasa maupun pada saat kenaikan
kelas, pameran, atau kegiatan lainnya.
Subunit 2
Mengkomunikasikan
Laporan Hasil Asesmen
Seperti telah Anda ketahui, laporan
hasil asesmen proses dan hasil belajar sangat penting artinya bagi pihak-pihak
tertentu karena akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan dan kebijakan
dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itulah, Anda harus
benar-benar memahami dan mampu mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang
merupakan pengguna laporan hasil asesmen.
1. Pengguna Laporan Hasil Asesmen Proses dan Hasil
belajar
Kepada siapakah pihak sekolah melaporkan
hasil asesmen? Ada tiga pihak utama yang merupakan pengguna laporan hasil
asesmen pembelajaran.
Yang pertama dan paling sering adalah
peserta didik sendiri. Melaporkan hasil asesmen kepada peserta didik harus
berlangsung setiap hari, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam hal ini Anda
sebagai guru harus melaporkan kemajuan, kelebihan dan kekurangan mereka
disertai dengan penjelasan langkah-langkah yang harus diambil pada tahap
berikutnya di dalam proses belajar. Oleh karena itulah dikatakan bahwa melaporkan
hasil asesmen kepada peserta didik adalah yang paling utama di dalam proses asesmen
formatif (Headington, 2000).
Pihak pengguna laporan kedua adalah
orang tua. Para orang tua perlu mengetahui bagaimana putra-putri mereka
mengalami perkembangan di sekolah. Memang merupakan hak orang tua yang telah
mengirim putra-putrinya ke suatu sekolah untuk meyakini bahwa sekolah yang
dipilihnya benar-benar mendidik mereka. Telah diakui oleh semua pihak bahwa
rumah dan sekolah sama-sama membuat anak-anak berkembang. Oleh karena itulah
jika para orang tua dan guru memahami bagaimana anak bertindak dan melakukan
reaksi dalam berbagai konteks yang berbeda, maka kedua pihak dapat secara
bersama-sama mendukung perkembangan mereka.
Pihak pengguna ketiga adalah para
profesional lainnya (masyarakat luas). Mereka bisa seorang peneliti maupun
seorang psikolog yang ingin mengetahui banyak hal terkait dengan pembelajaran
ataupun penilaian. Atau bisa jadi guruguru dari sekolah lain yang ingin belajar
atau melakukan studi banding dalam rangka mengembangkan belajar siswa di
lingkungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi kedudukan pelapor, semakin
umum pula bentuk dan format laporan asesmen. Ketiga pihak tadi sama-sama
membutuhkan informasi guru yang diperoleh melalui proses asesmen, bukan
pandangan-pandangan pribadi ataupun spekulasi.
Sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban kepada para stakeholders, maka proses asesmen sendiri
juga harus memberi peluang terjadinya proses komunikasi dengan para orang tua
dan pihak-pihak lain di dalam upaya pembelajaran yang dapat membuat mereka
mendukung pembelajaran. Terkait dengan komunikasi dengan orang tua, kesadaran
akan pentingnya komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik
itu sendiri berangkat dari tiga keyakinan:
a. Para
orang tua memiliki hak untuk mengetahui apa yang berlangsung di sekolah tempat
putra putri mereka belajar.
b. Pengetahuan
yang diperoleh dari laporan akan menciptakan hubungan yang baik antara orang
tua dan guru.
c. Komunikasi
yang baik antara orang tua dan guru akan menghasilkan perbaikan-perbaikan dalam
belajar dan sikap (Gibson, 1986 dalam Conner, 1991).
2.
Mempersiapkan Laporan
Secara umum, beberapa hal yang perlu
Anda lakukan ketika mempersiapkan pembuatan laporan asesmen adalah:
a. Menentukan
pihak yang akan menerima laporan tersebut. Pihak-pihak yang bisa
menerima laporan tersebut adalah siswa, orang tua, dewan sekolah, atau
pun masyarakat.
b. Menentukan
bagaimana hasil berbagai asesmen akan membantu sekolah memperbaiki
proses belajar mengajar.
c. Mengetahui
kenapa hasil asesmen perlu dilaporkan. Pernyataan berupa rasionalisasi
dalam hal ini cukup penting untuk dilakukan.
d. Mengetahui
dengan jelas informasi apa yang akan dikomunikasikan, untuk tujuan apa,
dan menggunakan teknik pelaporan apa. Yang perlu Anda ingat, penggunaan
berbagai strategi akan menjadikan pelaporan menjadi lebih efektif
(Roeber et al., 1980).
Terkait dengan bentuk-bentuk penyajian
laporan hasil asesmen, ada beberapa pilihan yang harus dipertimbangkan pada
saat Anda mempersiapkan laporan:
a. Laporan
bisa diberikan kepada seseorang secara langsung, secara tertulis, atau gabungan
keduanya.
b. Laporan
bisa disajikan dalam bentuk teks, grafik, atau gabungan keduanya.
c. Laporan
bisa panjang dan rinci, atau ringkas dan jelas.
3.
Beberapa Metode Alternatif untuk Mengkomunikasikan Laporan Hasil Asesmen
Seperti yang telah Anda pelajari
sebelumnya, ada pihak-pihak yang berhak untuk mengetahui dan membaca
hasil asesmen pembelajaran peserta didik. Mereka itu merupakan pengguna
laporan hasil asesmen yang akan menindaklanjuti hasil yang telah
dilaporkan itu dengan berbagai langkah.
a.
Menggunakan Kartu Laporan (Report Card)
Untuk jangka waktu yang cukup lama,
kartu atau lembar laporan telah menjadi media utama untuk mensosialisasikan
informasi hasil asesmen dan evaluasi oleh pihak sekolah kepada murid dan orang
tua. Sayangnya kartu laporan yang telah lama dipakai banyak mendapat kritik,
salah satunya adalah sulitnya membuat laporan dan kecenderungan komunikasi
antara orang tua dan guru yang hanya satu arah, sehingga membuat banyak pihak
berpikir tentang cara lain mengkomunikasikan hasil asesmen dan evaluasi
terhadap peserta didik.
b.
Konferensi Guru-Orang Tua
Sebagaimana report card konferensi
orang tua-guru juga telah lama dijadikan sarana untuk mengkomunikasikan hasil
asesmen oleh pihak sekolah kepada para orang tua peserta didik. Bahkan
berdasarkan hasil sejumlah penelitian, para orang tua melaporkan bahwa
konferensi orang tua guru dapat memberikan jauh lebih banyak informasi mengenai
putra-putri mereka dan
kemajuan
putra-putri mereka dibandingkan dengan report card (Shephard &
Bleim, 1995; Waltman & Friesbie, 1994, dalam Anderson, 2003) Yang juga
sangat penting adalah bahwa kegiatan yang berupaya mempertemukan orang tua
peserta didik dengan guru ini merupakan salah satu cara terbaik membangun
hubungan yang kuat dengan orang tua, dalam rangka memberikan pemahaman mengenai
putra-putri mereka dalam mengembangkan kelebihan yang dimiliki dan memenuhi apa
yang mereka butuhkan. Metode ini juga membantu orang tua terlibat di dalam
proses belajar anak. Namun upaya menyelenggarakan kegiatan semacam ini sehingga
bisa berjalan dengan sukses tidaklah semudah yang dibayangkan. Anda harus
melakukannya dengan sangat cermat. Berikut ini adalah beberapa langkah atau
tahapan yang perlu dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah pertemuan
dilaksanakan agar semuanya bias berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
c.
Newsletter (nawala) dan Web Site
Berbagai macam informasi mengenai tugas
asesmen, instrumen asesmen, dan hasil asesmen dapat disajikan di dalam newsletter
dan web site. Misalnya saja, beberapa tugas asesmen sebagai sampel
dapat dimunculkan secara teratur untuk memberikan gambaran konkrit apa yang menjadi
harapan guru terhadap peserta didik yang terkait dengan belajar mereka.
4.
Langkah-langkah Melaporkan Hasil Asesmen
Seperti telah kita ketahui bersama,
terdapat banyak metode yang dapat dipergunakan untuk melaporkan kemajuan
peserta didik kepada peserta didik sendiri maupun kepada para orang tua. Proses
mengkomunikasikan hasil evaluasi ini tidak boleh dianggap remeh, bahkan
merupakan komponen yang sangat mendasar dari sebuah model evaluasi yang baik.
Bagaimana kita melaporkan hasil asesmen kepada berbagai pihak yang berbeda?
Berikut ini akan kita lihat langkahlangkah melaporkan hasil asesmen kepada
siswa, orang tua, dewan sekolah, dan masyarakat.
a.
Melaporkan hasil asesmen kepada siswa
Ketika
melaporkan hasil asesmen kepada siswa, Anda bisa menggunakan proses dengan dua langkah:
Langkah pertama adalah melakukan briefing yang diberikan kepada
seluruh kelompok siswa yang menerima hasil laporan asesmen secara individu. Langkah
kedua adalah dengan melakukan pertemuan dengan siswa secara individu.
b.
Melaporkan Hasil Asesmen kepada Orang Tua
Para
orang tua tentunya ingin tahu perkembangan belajar putra-putri mereka dari
waktu ke waktu dan bagaimana anak-anak mereka melakukan berbagai kegiatan di
sekolah, sehingga informasi mengenai asesmen yang dihimpun oleh sekolah sangat
menarik bagi mereka. Para orang tua juga ingin mengetahui apa yang dilakukan
sekolah dimana anak mereka belajar dan membandingkannya dengan sekolah lain. Sebagai
guru yang baik, Anda juga harus merasa senang dan terpanggil untuk bersikap
terbuka dan membuat kesepakatan untuk bertemu dengan para orang tua guna
membahas berbagai hal yang terjadi di sekolah terkait dengan anak-anak mereka.
Ada
empat strategi yang bisa Anda lakukan dalam melaporkan hasil asesmen kepada
orang tua, yaitu:
(1) menyelenggarakan
pertemuan antara guru dengan orang tua secara individu.
(2) membuat
laporan tertulis yang dibuat untuk masing-masing siswa dan dikirim ke rumah.
(3) melakukan
pertemuan dengan para orang tua secara bersama-sama.
(4) menulis
artikel pada newsletter yang diperuntukkan bagi orang tua siswa.
d.
Melaporkan Hasil
Asesmen kepada Dewan Sekolah
menerima laporan mengenai hasil asesmen.
Strategi yang direkomendasikan untuk dilakukan membuat laporan kepada
pihak dewan sekolah terdiri dari tiga bagian:
a. Laporan
pertama memberikan informasi mengenai upaya
asesmen itu sendiri, yaitu dengan menjelaskan terhadap apakah/tujuan
asesmen itu dilakukan, jenis-jenis asesmen apa yang dipergunakan, alasan
mengapa jenis-jenis asesmen itu dipergunakan, dan bagaimana hasil
asesmen akan diterapkan dan dilaporkan. Akan sangat baik jika laporan
ini diberikan kepada pihak dewan sekolah ketika informasi asesmen sedang
dikumpulkan, sebelum hasil asesmen ada di tangan. Hal ini dimaksudkan
agar para anggota dewan sekolah lebih mencurahkan perhatiannya pada
pesan yang ada dalam asesmen daripada angka-angka yang telah diperoleh.
b.
Laporan kedua memuat
hasil asesmen pada tingkat sekolah dan tingkat wilayah (kecamatan/kabupaten/provinsi).
Laporan ini diharapkan menjawab berbagai pertanyaan yang biasanya
diajukan oleh para pembuat kebijakan.
c.
Laporan ketiga menindaklanjuti
status asesmen sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah dan
efektifitas berbagai perubahan yang dilakukan. Kendati sifatnya optional, laporan
ini efektif untuk mengkomunikasikan kepada Dewan Sekolah bahwa tujuan
sebenarnya dari dilakukannya proses asesmen adalah membantu upaya memperbaiki
proses belajar mengajar, bukan untuk menjadi scorecard kualitas sekolah.
5. Menjalin
Komunikasi dengan Para Stakeholder
Satu hal penting yang harus dipikirkan
pada saat melaporkan hasil evaluasi adalah bagaimana menciptakan
komunikasi yang baik di antara berbagai pihak yang terkait.
Dengan demikian prosedur apapun yang dipilih jangan terjebak pada rutinitas
dan formalitas. Oleh karena harus terus diupayakan berbagai prosedur yang
sistematis yang dapat mendorong dan memfasilitasi terjadinya dialog atau komunikasi
yang interaktif. Untuk itu alangkah baiknya jika pihak sekolah bias berdiskusi
dengan para stakeholder, orang tua misalnya, untuk membicarakan model
laporan yang diinginkan. Jika Anda melaporkan hasil asesmen
secara akurat maka hal itu akan membuat para orang tua,
masyarakat dan Anda sendiri sebagai guru memahami alasan
pemilihan berbagai instrumen asesmen. Secara khusus, pelaporan hasil asesmen
juga membuat para siswa, orang tua, pendidik, dan anggota masyarakat memahami:
1. Jenis
kecakapan dan pengetahuan yang dinilai pada suatu tes.
2. Cara
menskor suatu tes.
3. Jenis
pertanyaan yang diberikan.
4. Makna
hasil asesmen dan cara pemanfaatan hasil tersebut.
RANGKUMAN
Setidaknya ada tiga pengguna utama dari
laporan hasil asesmen: peserta didik sendiri, orang tua, dan masyarakat luas.
Peserta didik adalah yang paling utama di dalam proses asesmen formatif.
Semakin tinggi kedudukan pelapor, semakin umum pula bentuk dan format laporan asesmen.
Sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban kepada para stakeholders, maka proses asesmen sendiri juga
harus memberi peluang terjadinya proses komunikasi dengan para orang tua dan
pihak-pihak lain di dalam upaya pembelajaran yang dapat membuat mereka
mendukung
Daftar
Pustaka
Anderson, L.W. (2003). Classroom Assessment
Enhancing the Quality of
Teacher Decision.
New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Anthony, R. J., T. D. Johnson, N. I. Mickelson, A.
Preece. (1991). Evaluating
Literacy A Perspective for Change. Portsmouth:
Heinenmann.
Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in
the Primary School. London:
The Falmer Press.
Davis, Anne. (2000). Making Classroom Assessment
Work. Courtenay:
Connection Publishing.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan
Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta:
BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok
Mata Pelajaran Agama
dan Akhlak Mulia. Jakarta:
BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok
Mata Pelajaran Estetika.
Jakarta: BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok
Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta:
BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok
Mata Pelajaran Jasmani,
Olah raga, dan kesehatan. Jakarta:
BSNP.
_____________. (2006). Rencana Strategis
Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan
Nasional Jangka
Panjang 20025.
Jakarta.
Headington, Rita. (2000). Monitoring, Assessment,
Recording, Reporting and
Accountability Meeting the Standards.
London: David Pulton.
Jalal, Fasli dan Dedi S. (Ed.). (2001). Reformasi
Pendidikan dalam Konteks
.Otonomi Daerah. Jakarta:
Bappenas-Depdiknas-Adicitra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar