Translate Anda

Minggu, 16 Juni 2013

Review Teknik Pelaporan Hasil Asesmen


REVIEW
ASSESMEN UNIT 9







Dosen:
NUR JANNAH S.pd

OLEH
1.          Matharis Adi Jamil (201110328)
2.          Taufik kurohman         (201110308)
3.          Purdianto                    (201110296)
4.          Ari wahyudian. P        (201110305)
5.          Elly irianti. W  (201110323)
6.          Faridatus sufyani        (201110325)

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Abdurrachman Saleh
SITUBONDO
2012
Pendahuluan

ketika Anda sebagai guru melakukan evaluasi terhadap anak didik, tentunya ada informasi yang dihasilkan dan ditunggu-tunggu oleh banyak pihak yang berkepentingan. Melaporkan hasil belajar merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Anda sebagai guru kepada para pemangku kepentingan atau stakeholders untuk memberikan informasi tentang sejauhmana proses belajar berhasil mencapai tujuan yang diidam-idamkan.
Oleh karena itulah, begitu informasi mengenai seorang siswa sudah terkumpul hingga akhirnya dianalisis dan diinterpretasi, maka implikasi dari informasi tersebut harus dikomunikasikan. Agar informasi yang disajikan dapat dipahami oleh berbagai pihak dengan baik, ada beberapa hal yang harus diikuti dengan baik khususnya terkait dengan format dan pengguna laporan.

saudara, tentunya ada sudah sering mendengar istilah manajemen berbasis sekolah. Bahkan sebagian besar dari Anda telah memahami konsep manajemen berbasis sekolah dengan baik. Sekedar mengingatkan, unsur penting dalam manajemen berbasis sekolah adalah partisipasi masyarakat, transparansi dan akuntabilitas publik. Kesadaran yang semakin besar dari berbagai pihak termasuk mereka yang berada di dunia pendidikan untuk menerapkan dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip akuntabilitas turut mempengaruhi kebutuhan untuk melaporkan hasil belajar disekolah. Memang, akuntabilitas memungkinkan pihak-pihak lain mengevaluasi apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan cara menganalisis berbagai hasil asesmen, karena asesmen sendiri merupakan upaya untuk melihat belajar siswa secara lebih dekat (Headington, 2000).
Penerapan manajemen berbasis sekolah yang memberikan peran penting terhadap masyarakat terkait dengan dukungan dana dan aspek akademik, juga menjadikan laporan kemajuan hasil belajar sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban lembaga sekolah terhadap orangtua peserta didik, komite sekolah, masyarakat, dan instansi terkait lainnya. Pelaporan (reporting) hasil asesmen sendiri juga merupakan salah satu bagian penting dari proses asesmen terkait dengan upaya proses menginformasikan kepada pihak lain yang berkepentingan mengenai pembelajaran yang telah terjadi atau dilakukan.
Pelaporan itu bisa formatif, yakni ketika pelaporan memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui proses belajar mengajar yang akan dilakukan, atau bisa juga sumatif, ketika pelaporan memberikan informasi mengenai belajar siswa pada saat tertentu. Oleh karena itulah pelaporan hasil belajar siswa bisa dilakukan setiap akhir semester, tiap tengah semester, bulanan, mingguan atau harian. Sementara itu pelaporan bisa dilakukan oleh guru bidang studi, guru wali kelas, dan kepala sekolah. Proses pelaporan sendiri bisa dilakukan secara lisan (oral) maupun tertulis (written), dalam bentuk kata kata maupun angka.
Lalu kapan pelaporan hasil belajar bisa dilakukan? Pelaporan bisa dilakukan pada berbagai kesempatan sesuai dengan kesepakatan Anda dengan pihak-pihak yang akan menerima atau kreativitas Anda sendiri untuk merancang kegiatan yang didalamnya ada kegiatan pelaporan hasil belajar siswa. Oleh karena itulah kegiatan pelaporan itu bisa saja dilakukan dalam acara-acara biasa maupun pada saat kenaikan kelas, pameran, atau kegiatan lainnya.

Uraian

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2004), pelaporan hasil belajar peserta didik memiliki sejumlah asas, yaitu:
1.      memperkuat motivasi belajar siswa
2.      memperkuat daya ingat dan meningkatkan kemampuan transfer hasil belajarnya
3.      memperbesar pemahaman siswa terhadap dirinya
4.      memberikan umpan balik terhadap keefektifan pembelajaran.


1. Kriteria Pelaporan
Laporan hasil belajar disusun untuk memberikan informasi yang bermanfaat mengenai kemampuan peserta didik kepada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan agar mereka turut meningkatkan kemampuan peserta didik. Oleh karena itulah Departemen Pendidikan Nasional (2004) menentukan sejumlah criteria penyusunan laporan hasil belajar yang harus diikuti agar tujuan dari pelaporan itu sendiri bisa tercapai dengan baik, yaitu:
a)      menggunakan format dan bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami. Pelaporan hasil belajar haruslah mudah dibaca, dipahami, dan mudah diterapkan sesuai dengan maksud dan tujuan laporan. Pelaporan juga harus benar-benar komunikatif, artinya sajian laporan yang berupa naratif, tabel, dan grafik benar-benar bisa dipahami dengan mudah oleh si penerima atau pengguna laporan (siswa, orang tua, dan masyarakat luas) dan siapapun yang berkepentingan dengan laporan; Oleh karena itulah bentuk dan format laporan yang akan disampaikan harus disesuaikan dengan pihak-pihak yang akan menerima laporan (dan juga waktu pelaporan.
b)      berkaitan erat dengan hasil belajar yang ingin dicapai siswa;
c)      memuat hasil pengolahan data yang konsisten (ajeg);
d)     menitikberatkan pada hasil yang dicapai siswa;
e)      berisi informasi tingkat pencapaian hasil belajar dalam kaitannya dengan standar kemampuan yang ditetapkan;
f)       memberikan informasi kemampuan akademik (penguasaan standar kemampuan mata pelajaran), sosial, emosional dan fisik yang dicapai siswa;
g)      konsisten dengan pelaksanaan penilaian;
h)      dapat memberikan informasi untuk melakukan diagnostik hasil belajar;
i)        memberikan informasi yang dapat membantu orang tua untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa;
j)        dapat memberikan informasi kemampuan siswa secara individu maupun kelas dalam mencapai kompetensi dasar;
k)      menarik dan memuat aspek-aspek yang berguna bagi peningkatan kemampuan siswa.

2. Beberapa Jenis dan Model Laporan Asesmen Proses dan Hasil Belajar
Sebelum membahas beberapa jenis dan model laporan asesmen pembelajaran siswa, tentunya Anda sudah tidak asing lagi pada berbagai jenis dan model laporan yang ada di lapangan.
a)      Menggunakan Angka, Yaitu ketika kita menggunakan angka 1 s.d. 10 atau 1 s.d. 100. Angka memang banyak digunakan didalam melaporkan hasil asesmen belajar peserta didik karena sejumlah pertimbangan. Setidaknya ada lima kelebihan sehingga nilai angka banyak digunakan. Pertama, penggunaan angka cukup mudah dilakukan oleh siapa saja. Kedua, banyak pihak yang meyakini bahwa menginterpretasikan angka cukup mudah. Ketiga, angka dapat meringkas dan merepresentasikan kinerja secara keseluruhan. Keempat, nilai yang ditulis dengan angka lebih bersifat kontinyu dibandingkan dengan nilai yang dituliskan dengan menggunakan huruf. Kelima, nilai angka bisa dipergunakan bersama dengan nilai huruf.
b)      Menggunakan kategori, Dalam hal ini hasil belajar peserta didik dinyatakan dalam bentuk kategori seperti: baik, cukup, kurang atau sudah memahami, cukup memahami, dan kurang memahami. Ada beberapa kelebihan sehingga beberapa pihak terkadang menggunakan kategori. Salah satu pertimbangannya adalah dampak dari kategori tidak terlalu buruk bagi siswa yang duduk di tahun-tahun awal jika dibandingkan dengan nilai angka, terutama jika hasil belajar mereka kurang sesuai dengan harapan. Namun demikian, cara ini juga mengandung kelemahan. Salah satu kelemahan yang cukup menonjol adalah bahwa kategori tidak mengkomunikasikan cukup informasi mengenai kinerja siswa bagi pihak lain untuk menilai kemajuan yang telah dicapai.
c)      Menggunakan Narasi Laporan naratif memuat secara rinci apa yang telah dipelajari oleh seorang siswa termasuk usaha yang telah dilakukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Diharapkan laporan naratif ini bisa mengatasi atau menutupi kekurangan yang ada pada nilai dalam bentuk huruf, mengingat nilai dalam bentuk huruf cenderung menyederhanakan informasi yang sangat banyak menjadi sebuah simbol. Di samping itu, laporan naratif juga memungkinkan guru memasukkan berbagai informasi yang bersifat unik mengenai proses yang dilakukan seorang siswa atau sesuatu yang unik yang dilakukan oleh seorang guru. Kedua hal yang disebutkan terakhir itu rasanya tidak akan muncul pada bentuk laporan yang standardized (Power & Chandler, 1998). Kelebihan laporan naratif yang lain adalah terkait dengan konsep pemberian deskripsi yang komprehensif mengenai belajar dan perkembangan peserta didik. Dalam laporan naratif aspek ini mendapat tempat yang cukup istimewa. Oleh karena itu jika laporan naratif ini digarap dengan sangat baik, berbagai deskripsi yang tertulis disana akan sangat berarti bagi para orang tua dan peserta didik sendiri dibandingkan dengan ringkasan singkat seperti nilai. Namun demikian, laporan naratif juga memiliki sejumlah keterbatasan, terutama jika laporan tidak ditulis dengan baik dan mengabaikan aspek-aspek yang sensitif. Harus diakui memang tidak mudah bagi guru untuk menulis sebuah laporan naratif mengenai seorang siswa. Hal-hal yang sensitif itu biasanya terjadi manakala seorang guru harus menggambarkan kemampuan atau sikap siswa yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penulis laporan harus pandai-pandai memilih kata atau istilah yang tepat untuk menggambarkan kelemahan siswa sehingga apa yang disampaikan justru menjadi pendorong bagi siswa untuk berprestasi, bukan sebaliknya. Harus selalu diingat oleh semua pihak bahwa tujuan asesmen pada hakekatnya adalah melakukan perbaikan terkait dengan belajar siswa.
d)     Menggunakan Kombinasi seperti Angka, Kategori, dan Uraian atau Narasi Mengkombinasikan angka, kategori, dan uraian atau narasi cukup bagus karena bersifat saling melengkapi dan membuat laporan lebih jelas dan komprehensif. Kelemahan yang dimiliki angka, bisa ditutupi dengan kelebihan yang ada pada kategori dan uraian. Kelemahan yang ada pada narasi pun bias diatasi dengan adanya angka dan kategori.
e)      Menggunakan Grafik Anda juga dapat menggunakan histogram untuk menampilkan skor nilai ujian harian. Anda bisa melakukan hal ini pada akhir semester. Angka-angka yang berada pada garis vertikal (lihat gambar), yaitu Frequency of scores (1, 2, 3, 4, dst.), memperlihatkan skor tertinggi yang pernah dicapai siswa. Sementara angka-angka yang berada pada garis horizontal menunjukkan ujian harian siswa. Dengan demikian, histogram tersebut bisa memperlihatkan pokok bahasan yang telah dikuasai siswa, dan pokok bahasan yang kurang dikuasai siswa.

1. Laporan Hasil Belajar Siswa oleh Guru Mata Pelajaran
Sebagaimana telah Anda ketahui, orang tua sangat berkepentingan dengan laporan hasil belajar agar bisa mensikapi dan mengambil tindakan lebih lanjut terkait dengan apa yang terjadi dengan prestasi putra-putri mereka di sekolah. Oleh karena itulah berbagai bentuk laporan yang ada harus menjamin orang tua peserta didik untuk mengetahui dan memahami sejauh mana putra-putri mereka telah menguasai kompetensi mata pelajaran di sekolah. Untuk itu para peserta didik pun harus bias membaca dan memahami laporan hasil belajar mereka. Laporan hasil belajar siswa yang dibuat oleh guru mata pelajaran itu mempunyai sejumlah fungsi sebagai berikut.
·         mempertimbangkan tingkat kompetensi siswa dalam mata pelajaran.
·         mempertimbangkan pelaksanaan diagnostik kesulitan belajar siswa.
·         pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan.
·         sebagai sumber untuk wali kelas dalam kepentingan kenaikan kelas.
·         melihat tingkat kemampuan siswa dalam kelasnya.
·         sumber informasi bagi orang tua tentang perkembangan dan tingkat kemampuan anaknya (Depdiknas, 2006).
Histogram
Selain histogram, ada juga bentuk pelaporan lain grafik radar juga bias digunakan untuk melaporkan hasil belajar peserta didik terutama terkait kelemahan dan sekaligus kelebihan peserta didik, tanpa melakukan penggabungan.

Contoh bentuk laporan hasil belajar yang menonjolkan masing-masing aspek tanpa penggabungan nilai
















1. Laporan Hasil Belajar Siswa oleh Guru Mata Pelajaran
















2. Laporan Hasil Belajar Siswa oleh Wali Kelas
Tidak seperti laporan yang dibuat oleh guru mata pelajaran, laporan hasil belajar siswa yang dibuat oleh wali kelas lebih menekankan pada ketercapaian siswa dalam kemampuan yang ditetapkan dari seluruh mata pelajaran yang telah ditempuh siswa. Oleh karena itu laporan tersebut merupakan hasil belajar yang bersifat akademik (raport) serta hasil belajar non akademik yang berbentuk kualitatif.


RANGKUMAN
Kesadaran yang semakin besar dari berbagai pihak untuk menerapkan dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip akuntabilitas turut mempengaruhi kebutuhan untuk melaporkan proses dan hasil belajar di sekolah. Memang, akuntabilitas memungkinkan pihak-pihak lain mengevaluasi apa yang telah dilakukan oleh pihak sekolah dengan cara menganalisis berbagai hasil asesmen. Pelaporan itu bisa formatif, yakni ketika pelaporan memberikan informasi mengenai pembelajaran yang dapat dikembangkan melalui proses belajar mengajar yang akan dilakukan, atau bisa juga sumatif, ketika pelaporan memberikan informasi mengenai belajar siswa pada saat tertentu.
Oleh karena itulah pelaporan hasil belajar siswa bisa dilakukan setiap akhir semester, tiap tengah semester, bulanan, mingguan atau harian. Sementara itu pelaporan bisa dilakukan oleh guru bidang studi, guru wali kelas, dan kepala sekolah. Proses pelaporan sendiri bisa dilakukan secara lisan (oral) maupun tertulis (written), dalam bentuk kata-kata maupun angka.
Pelaporan bias dilakukan pada berbagai kesempatan sesuai dengan kesepakatan Anda dengan pihak-pihak yang akan menerima atau kreativitas Anda sendiri untuk merancang kegiatan yang di dalamnya ada kegiatan pelaporan hasil belajar siswa. Oleh karena itulah kegiatan pelaporan itu bisa saja dilakukan dalam acara-acara biasa maupun pada saat kenaikan kelas, pameran, atau kegiatan lainnya.























Subunit 2
Mengkomunikasikan Laporan Hasil Asesmen

Seperti telah Anda ketahui, laporan hasil asesmen proses dan hasil belajar sangat penting artinya bagi pihak-pihak tertentu karena akan dijadikan dasar untuk membuat keputusan dan kebijakan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Oleh karena itulah, Anda harus benar-benar memahami dan mampu mengidentifikasi pihak-pihak mana saja yang merupakan pengguna laporan hasil asesmen.

1. Pengguna Laporan Hasil Asesmen Proses dan Hasil belajar
Kepada siapakah pihak sekolah melaporkan hasil asesmen? Ada tiga pihak utama yang merupakan pengguna laporan hasil asesmen pembelajaran.
Yang pertama dan paling sering adalah peserta didik sendiri. Melaporkan hasil asesmen kepada peserta didik harus berlangsung setiap hari, baik secara lisan maupun tertulis. Dalam hal ini Anda sebagai guru harus melaporkan kemajuan, kelebihan dan kekurangan mereka disertai dengan penjelasan langkah-langkah yang harus diambil pada tahap berikutnya di dalam proses belajar. Oleh karena itulah dikatakan bahwa melaporkan hasil asesmen kepada peserta didik adalah yang paling utama di dalam proses asesmen formatif (Headington, 2000).
Pihak pengguna laporan kedua adalah orang tua. Para orang tua perlu mengetahui bagaimana putra-putri mereka mengalami perkembangan di sekolah. Memang merupakan hak orang tua yang telah mengirim putra-putrinya ke suatu sekolah untuk meyakini bahwa sekolah yang dipilihnya benar-benar mendidik mereka. Telah diakui oleh semua pihak bahwa rumah dan sekolah sama-sama membuat anak-anak berkembang. Oleh karena itulah jika para orang tua dan guru memahami bagaimana anak bertindak dan melakukan reaksi dalam berbagai konteks yang berbeda, maka kedua pihak dapat secara bersama-sama mendukung perkembangan mereka.
Pihak pengguna ketiga adalah para profesional lainnya (masyarakat luas). Mereka bisa seorang peneliti maupun seorang psikolog yang ingin mengetahui banyak hal terkait dengan pembelajaran ataupun penilaian. Atau bisa jadi guruguru dari sekolah lain yang ingin belajar atau melakukan studi banding dalam rangka mengembangkan belajar siswa di lingkungan mereka. Oleh karena itu, semakin tinggi kedudukan pelapor, semakin umum pula bentuk dan format laporan asesmen. Ketiga pihak tadi sama-sama membutuhkan informasi guru yang diperoleh melalui proses asesmen, bukan pandangan-pandangan pribadi ataupun spekulasi.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada para stakeholders, maka proses asesmen sendiri juga harus memberi peluang terjadinya proses komunikasi dengan para orang tua dan pihak-pihak lain di dalam upaya pembelajaran yang dapat membuat mereka mendukung pembelajaran. Terkait dengan komunikasi dengan orang tua, kesadaran akan pentingnya komunikasi antara pihak sekolah dengan orang tua peserta didik itu sendiri berangkat dari tiga keyakinan:
a.       Para orang tua memiliki hak untuk mengetahui apa yang berlangsung di sekolah tempat putra putri mereka belajar.
b.      Pengetahuan yang diperoleh dari laporan akan menciptakan hubungan yang baik antara orang tua dan guru.
c.       Komunikasi yang baik antara orang tua dan guru akan menghasilkan perbaikan-perbaikan dalam belajar dan sikap (Gibson, 1986 dalam Conner, 1991).

2. Mempersiapkan Laporan
Secara umum, beberapa hal yang perlu Anda lakukan ketika mempersiapkan pembuatan laporan asesmen adalah:
a.       Menentukan pihak yang akan menerima laporan tersebut. Pihak-pihak yang bisa menerima laporan tersebut adalah siswa, orang tua, dewan sekolah, atau pun masyarakat.
b.      Menentukan bagaimana hasil berbagai asesmen akan membantu sekolah memperbaiki proses belajar mengajar.
c.       Mengetahui kenapa hasil asesmen perlu dilaporkan. Pernyataan berupa rasionalisasi dalam hal ini cukup penting untuk dilakukan.
d.      Mengetahui dengan jelas informasi apa yang akan dikomunikasikan, untuk tujuan apa, dan menggunakan teknik pelaporan apa. Yang perlu Anda ingat, penggunaan berbagai strategi akan menjadikan pelaporan menjadi lebih efektif (Roeber et al., 1980).

Terkait dengan bentuk-bentuk penyajian laporan hasil asesmen, ada beberapa pilihan yang harus dipertimbangkan pada saat Anda mempersiapkan laporan:
a.       Laporan bisa diberikan kepada seseorang secara langsung, secara tertulis, atau gabungan keduanya.
b.      Laporan bisa disajikan dalam bentuk teks, grafik, atau gabungan keduanya.
c.       Laporan bisa panjang dan rinci, atau ringkas dan jelas.

3. Beberapa Metode Alternatif untuk Mengkomunikasikan Laporan Hasil Asesmen
Seperti yang telah Anda pelajari sebelumnya, ada pihak-pihak yang berhak untuk mengetahui dan membaca hasil asesmen pembelajaran peserta didik. Mereka itu merupakan pengguna laporan hasil asesmen yang akan menindaklanjuti hasil yang telah dilaporkan itu dengan berbagai langkah.
a. Menggunakan Kartu Laporan (Report Card)
Untuk jangka waktu yang cukup lama, kartu atau lembar laporan telah menjadi media utama untuk mensosialisasikan informasi hasil asesmen dan evaluasi oleh pihak sekolah kepada murid dan orang tua. Sayangnya kartu laporan yang telah lama dipakai banyak mendapat kritik, salah satunya adalah sulitnya membuat laporan dan kecenderungan komunikasi antara orang tua dan guru yang hanya satu arah, sehingga membuat banyak pihak berpikir tentang cara lain mengkomunikasikan hasil asesmen dan evaluasi terhadap peserta didik.
b. Konferensi Guru-Orang Tua
Sebagaimana report card konferensi orang tua-guru juga telah lama dijadikan sarana untuk mengkomunikasikan hasil asesmen oleh pihak sekolah kepada para orang tua peserta didik. Bahkan berdasarkan hasil sejumlah penelitian, para orang tua melaporkan bahwa konferensi orang tua guru dapat memberikan jauh lebih banyak informasi mengenai putra-putri mereka dan
kemajuan putra-putri mereka dibandingkan dengan report card (Shephard & Bleim, 1995; Waltman & Friesbie, 1994, dalam Anderson, 2003) Yang juga sangat penting adalah bahwa kegiatan yang berupaya mempertemukan orang tua peserta didik dengan guru ini merupakan salah satu cara terbaik membangun hubungan yang kuat dengan orang tua, dalam rangka memberikan pemahaman mengenai putra-putri mereka dalam mengembangkan kelebihan yang dimiliki dan memenuhi apa yang mereka butuhkan. Metode ini juga membantu orang tua terlibat di dalam proses belajar anak. Namun upaya menyelenggarakan kegiatan semacam ini sehingga bisa berjalan dengan sukses tidaklah semudah yang dibayangkan. Anda harus melakukannya dengan sangat cermat. Berikut ini adalah beberapa langkah atau tahapan yang perlu dilakukan sebelum, pada saat, dan setelah pertemuan dilaksanakan agar semuanya bias berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
c. Newsletter (nawala) dan Web Site
Berbagai macam informasi mengenai tugas asesmen, instrumen asesmen, dan hasil asesmen dapat disajikan di dalam newsletter dan web site. Misalnya saja, beberapa tugas asesmen sebagai sampel dapat dimunculkan secara teratur untuk memberikan gambaran konkrit apa yang menjadi harapan guru terhadap peserta didik yang terkait dengan belajar mereka.
4. Langkah-langkah Melaporkan Hasil Asesmen
Seperti telah kita ketahui bersama, terdapat banyak metode yang dapat dipergunakan untuk melaporkan kemajuan peserta didik kepada peserta didik sendiri maupun kepada para orang tua. Proses mengkomunikasikan hasil evaluasi ini tidak boleh dianggap remeh, bahkan merupakan komponen yang sangat mendasar dari sebuah model evaluasi yang baik. Bagaimana kita melaporkan hasil asesmen kepada berbagai pihak yang berbeda? Berikut ini akan kita lihat langkahlangkah melaporkan hasil asesmen kepada siswa, orang tua, dewan sekolah, dan masyarakat.
a. Melaporkan hasil asesmen kepada siswa
Ketika melaporkan hasil asesmen kepada siswa, Anda bisa menggunakan proses dengan dua langkah: Langkah pertama adalah melakukan briefing yang diberikan kepada seluruh kelompok siswa yang menerima hasil laporan asesmen secara individu. Langkah kedua adalah dengan melakukan pertemuan dengan siswa secara individu.
b. Melaporkan Hasil Asesmen kepada Orang Tua
Para orang tua tentunya ingin tahu perkembangan belajar putra-putri mereka dari waktu ke waktu dan bagaimana anak-anak mereka melakukan berbagai kegiatan di sekolah, sehingga informasi mengenai asesmen yang dihimpun oleh sekolah sangat menarik bagi mereka. Para orang tua juga ingin mengetahui apa yang dilakukan sekolah dimana anak mereka belajar dan membandingkannya dengan sekolah lain. Sebagai guru yang baik, Anda juga harus merasa senang dan terpanggil untuk bersikap terbuka dan membuat kesepakatan untuk bertemu dengan para orang tua guna membahas berbagai hal yang terjadi di sekolah terkait dengan anak-anak mereka.
Ada empat strategi yang bisa Anda lakukan dalam melaporkan hasil asesmen kepada orang tua, yaitu:
(1)   menyelenggarakan pertemuan antara guru dengan orang tua secara individu.
(2)   membuat laporan tertulis yang dibuat untuk masing-masing siswa dan dikirim ke rumah.
(3)   melakukan pertemuan dengan para orang tua secara bersama-sama.
(4)   menulis artikel pada newsletter yang diperuntukkan bagi orang tua siswa.

d.   Melaporkan Hasil Asesmen kepada Dewan Sekolah
 menerima laporan mengenai hasil asesmen. Strategi yang direkomendasikan untuk dilakukan membuat laporan kepada pihak dewan sekolah terdiri dari tiga bagian:
a.       Laporan pertama memberikan informasi mengenai upaya asesmen itu sendiri, yaitu dengan menjelaskan terhadap apakah/tujuan asesmen itu dilakukan, jenis-jenis asesmen apa yang dipergunakan, alasan mengapa jenis-jenis asesmen itu dipergunakan, dan bagaimana hasil asesmen akan diterapkan dan dilaporkan. Akan sangat baik jika laporan ini diberikan kepada pihak dewan sekolah ketika informasi asesmen sedang dikumpulkan, sebelum hasil asesmen ada di tangan. Hal ini dimaksudkan agar para anggota dewan sekolah lebih mencurahkan perhatiannya pada pesan yang ada dalam asesmen daripada angka-angka yang telah diperoleh.
b.      Laporan kedua memuat hasil asesmen pada tingkat sekolah dan tingkat wilayah (kecamatan/kabupaten/provinsi). Laporan ini diharapkan menjawab berbagai pertanyaan yang biasanya diajukan oleh para pembuat kebijakan.
c.       Laporan ketiga menindaklanjuti status asesmen sebagai upaya untuk memperbaiki pembelajaran di sekolah dan efektifitas berbagai perubahan yang dilakukan. Kendati sifatnya optional, laporan ini efektif untuk mengkomunikasikan kepada Dewan Sekolah bahwa tujuan sebenarnya dari dilakukannya proses asesmen adalah membantu upaya memperbaiki proses belajar mengajar, bukan untuk menjadi scorecard kualitas sekolah.

5.    Menjalin Komunikasi dengan Para Stakeholder
Satu hal penting yang harus dipikirkan pada saat melaporkan hasil evaluasi adalah bagaimana menciptakan komunikasi yang baik di antara berbagai pihak yang terkait. Dengan demikian prosedur apapun yang dipilih jangan terjebak pada rutinitas dan formalitas. Oleh karena harus terus diupayakan berbagai prosedur yang sistematis yang dapat mendorong dan memfasilitasi terjadinya dialog atau komunikasi yang interaktif. Untuk itu alangkah baiknya jika pihak sekolah bias berdiskusi dengan para stakeholder, orang tua misalnya, untuk membicarakan model laporan yang diinginkan. Jika Anda melaporkan hasil asesmen secara akurat maka hal itu akan membuat para orang tua, masyarakat dan Anda sendiri sebagai guru memahami alasan pemilihan berbagai instrumen asesmen. Secara khusus, pelaporan hasil asesmen juga membuat para siswa, orang tua, pendidik, dan anggota masyarakat memahami:
1.      Jenis kecakapan dan pengetahuan yang dinilai pada suatu tes.
2.      Cara menskor suatu tes.
3.      Jenis pertanyaan yang diberikan.
4.      Makna hasil asesmen dan cara pemanfaatan hasil tersebut.

RANGKUMAN

Setidaknya ada tiga pengguna utama dari laporan hasil asesmen: peserta didik sendiri, orang tua, dan masyarakat luas. Peserta didik adalah yang paling utama di dalam proses asesmen formatif. Semakin tinggi kedudukan pelapor, semakin umum pula bentuk dan format laporan asesmen.
Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban kepada para stakeholders, maka proses asesmen sendiri juga harus memberi peluang terjadinya proses komunikasi dengan para orang tua dan pihak-pihak lain di dalam upaya pembelajaran yang dapat membuat mereka mendukung



























Daftar Pustaka
Anderson, L.W. (2003). Classroom Assessment Enhancing the Quality of
Teacher Decision. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Anthony, R. J., T. D. Johnson, N. I. Mickelson, A. Preece. (1991). Evaluating
Literacy A Perspective for Change. Portsmouth: Heinenmann.
Conner, Colin. (1991). Assessment and Testing in the Primary School. London:
The Falmer Press.
Davis, Anne. (2000). Making Classroom Assessment Work. Courtenay:
Connection Publishing.
Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata
Pelajaran Kewarganegaraan dan Kepribadian. Jakarta: BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Agama
dan Akhlak Mulia. Jakarta: BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika.
Jakarta: BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta: BSNP.
_____________. (2006). Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani,
Olah raga, dan kesehatan. Jakarta: BSNP.
_____________. (2006). Rencana Strategis Departemen Pendidikan Nasional
Tahun 2005-2009 Menuju Pembangunan Pendidikan Nasional Jangka
Panjang 20025. Jakarta.
Headington, Rita. (2000). Monitoring, Assessment, Recording, Reporting and
Accountability Meeting the Standards. London: David Pulton.
Jalal, Fasli dan Dedi S. (Ed.). (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks
.Otonomi Daerah. Jakarta: Bappenas-Depdiknas-Adicitra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar