Translate Anda

Minggu, 16 Juni 2013

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah
A.   Pendahuluan
Ini adalah pelajarannya Pak Kusoy.Beliau adalah guru mata pelajaran pengetahuan social di sekolah kami.

“ Hari ini kita akan mencoba membahas tentang masalah yang terjadi di kota kita”, kata Pak Kusoy sambil berdiri di depan kami. Suaranya nyaring, matanya memandang kami satu per satu, seakan akan Ia minta perhatian dari kami yang sebetulnya sudah kehilangan gairah untuk belajar. Maklun, siang ini adalah jam pelajaran terakhir. Di luar udara sangat panas. “Coba, menurut kamu Andri, masalah apa yang sedang hangat dibicarakan sekarang ini?” Pak Kusoy menyuruh Andri yang kelihatan seperti ngantuk. Andri merasa kaget mendapat pertanyaan yang mendadak.

“Anu… pak! Masalah pengangguran… pak!” kata Andri sambil membetulkan rambutnya.

“Mengapa kamu menganggap masalah pengangguran sebagai masalah yang aktual? Bukankah masalah tersebut merupakan masalah yang sejak lama kita hadapi?”

Andri tidak menjawab. Tampak rasa kantuknya belum seluruhnya hilang dari matanya yang kecil berlindung di bawah bulu alisnya yang tebal.

“Bagaimana meniritmu Bia?” kata Pak Kusoy menunjuk Bia yang baru saja memperbaiki cara duduknya. Tampaknya wanita tomboi  itu juga merasa gerah. Sama seperti kami. Memang panas siang ini.

“”Menurut saya masalah pengangguran, walaupun masalah yang sudah lama, akan tetapi masih tetap aktual, sebab sampai sekarang belum di temukan solusinya…!”
“Bagus. Apakah sekarang ini ada masalah yang lebih penting untuk dipecahkan, selain masalah pengguran?”

Kami diam sebentar. Tiba-tiba Donto si kutu buku mengacungkan tangannya. “Ada, pak! Sekarang ini kota kita dihadapkan kepada permasalahan sampah. Berdasarkan informasi pemerintah kota sulit membuang sampah karena tidak ada tempat pembuangan yang layak, akhirnya sudut-sudut kota kita dihiasi oleh tumpukan sampah yang menggunung dan baunya sangat menyengat…!”

“Mengapa kamu menganggap masalah sampah merupakan masalah aktual?”

“Jelas pak. Sebab, masalah sampahselain mengganggu lingkungan masyarakat, juga sudah menjadi isu politik. Bukan itu saja pak, karena masalah sampah itu kota kita dinobatkan sebagai kota terkotor.”

Pak Kusoy mengangguk-anggukkan kepala. Ia tampak terkesan dengan argumentasi si kutu buku. “Apakah kamu setuju dengan pendapat Donto, Ria?”

“Setuju sekali pak. Sebab, dengan julukan Kota Terkotor itu mengusukan harga diri saya sebagai penduduk kota ini!”

Pak Kusoy tersenyum. Tampaknya pengkapnya mengena; dan kami tidak menyadarinya.

Nah, kalau begitu topic yang akan kita bicarakan hari ini adalah tentang sampah. Bagaimana, apakah kalian setuju?

“Setuju, pak..!”

“Menurut kamu, apa yang akan kita permasalahkan dari topik sampah ini?”

Lagi-lagi kami terdiam.

“Bagaimana kalau kita mulai dengan masalah, harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu?” kata Ria.

“Ya, dibuang …!” kata kami serempak. Kelas menjadi sedikit ribut.

Kali ini benar-benar tidak ada diantara kami yang mengantuk.

“Bagus…! Apakah kamu dapat merumuskan masalah dengan lebih jelas?”

“Menurut saya bukan harus dibagaimanakan sampah yang menumpuk itu, tetapi bagaimana cara menaggulangi tumpukan sampah,” kata Denok yang dari tadi tampak serius mengikuti diskusi.

“Bagus…!” kata Pak Kusoy sambil menulis di papan tulis. “Apakah selain masalah ini, ada masalah lain yang perlu kalian bahas?”

“Ada pak…! Menurut saya yang paling penting adalah bagaimna seharus nya masyarakat memberlakukan smpah,” kata Donto.

“Mengapa kamu merasa hal itu dianggap penting?”

“Sebab, Bagimanapun adanya tumpukan sampah itu, dikarenakan ulah atau hasil dari pekerjaan masyarakat. Nah, dengan demikian kita harus memberikan solusi, apasaja yang harus dilakukan masyarakat terhadap sampah yang merka hasilkan itu.”

Cerita diatas merupakan  dari contoh penerapan strategi pembelajaran yamg bertumpu pada penyelesaian masalah atau Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM). Dalam penerapan strategi ini,guru meberikan kesempatan kepada siswa untuk menetukan topik masalah,walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
            Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berngkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta,tetapi suatu proses interkasi secara sadar antara individu dengan lingungannya.melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh.artinya,perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif,tetapi juga aspek efektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yng dihadapi.
            Dilihat dari aspek filosofis tentang funsi sekolah ebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di mayarakat,maka SPBM merupakan strategi yang meumngkiknkan dan sangat penting untuk I kembangkan.hal ini disebabkan pada kenyataan setiap manusia agar selalu dihadapkan kepada masalah. dari mulai masalah yang sederhana sampai kepada masalah yang kompleks; SPBM ini diharapkan dapat memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
            Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran

B.   Konsep Dasar dan Karakteristik SPBM
SPBM Dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara alamiah. Terdapat tiga ciri utama dari SPBM.
1.      SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinyadalam implementasi pembelajaran SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. SPBM tidak mengaharapkan siswa hanya mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetpi melalui SPBM siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2.      Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa maslah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
3.      Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara alamiah. Yaitu proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini disecara sistematis dan empiris.
Untuk mengimplementasikan SPBM, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permaalahan yang dapat dipecahkan. Strategi pembelajaran dengan pemecahan masalah dapat diterapkan:
·         Manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.
·         Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat judgment secara objektif.
·         Manakala guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
·         Jika gguru inin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
·         Jika guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya ( hubungan antara teori dengan kenyataan).
Para pengembang pembelajaran berbasis masalah (Ibrahin dan Nur,2004) telah mendeskripsikan karaketeristik model pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut.
·         Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan pengajuan pertanyaan atau masalah, bukannya mengorganisasikan disekitar prinsip-prinsip atau keterampilan-keterampilan tertentu. Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan atau masalah yang kedua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik untuk menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
·         Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun SPBM mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu. Masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
·         Penyelidikan autentik. Model pembelajaran berbasis masalah menghendaki siswa untuk melakukan pennyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka harus menganalsis dan  mendefinisikan masalah mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalsis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi,  dan merumuskan kesimpulan
·         Menghasilkan produk/karya dan memamerkannya. SPBM menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, video, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional atau makalah.
·         Kerjasama. Model pembelajaran berbasis masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu sama lain, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.
C.   Hakikat Masalah SPBM
SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah kemamuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat maslah dalam SPBM adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran atau topik tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Dibawah ini diberikan criteria pemilihan bahan pelajaran dalam SPBM.
1.      Bahan pelajaran harus mengundang isu-isu yang mengandung konflik (conflict issue) yang bisa bersumber dari berita, rekaman video, dan yang lainnya.
2.      Bahan yang dipilih adlah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga siwsa dapat mengikuti dengan baik.
3.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak ( universal ), sehingga terasa manfaatnya.
4.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimilki oleh siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5.      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

            Menurut Arends (Nurhayati Abbas, 2000:13) pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :
1.      Autentik. Yaitu masalah harus lebih berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.
2.      Jelas. Yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
3.      Mudah dipahami. Yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
4.      Luas dan sesuai dengan Tujuan Pembelajaran. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
5.      Bermanfaat. Yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa. Serta membangkitkan motivasi belajar siswa.
D.   Tahap-tahapan SPBM
Menurut John Dewey ada 6 langkah SPBM yang dinamakan dengan metode pemecahan masalah ( problem solving ), yaitu:
1.      Merumuskan masalah, yaitu dengan langkah siswa menentukan maslah yang akan dipecahkan.
2.      Menganalisis maslah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.
3.      Merumuskan hiporesis, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilkinya.
4.      Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan maslah.
5.      Pengujian hipotesis, Yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang di ajukan.
6.      Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa untuk menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

David Johnson & Johnson mengemukakan  ada 5 langkah SPBM Melalui kegiatan kelompok.
1.      Mengidentifikasi masalah, Yaitu merumuskan masalah dari peristiwa tertentu yang mengandung isu konflik, hingga siswa menjadi jelas masalah apa yang akan dikaji. Dalam kegiatan ini guru bisa meminta pendapat dan penjelasan siswa tentang isu-isuhangnat yang menarik untuk dipecahkan.
2.      Mendiagnosis masalah, yaitu menentukan sebab-sebab terjadinya masalah, serta menganalisis berbagai faktor, baik faktor yang bisa mengahambat maupun faktor yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah. Kegiatan ini bisa dilakukan dalam diskusi kelompok kecil, hingga pada akhirnya siswa dapat mengurutkan tindakan-tindakan prioritas yang dapat dilakukan sesuai dengan jenis penghamba yang diperkirakan.
3.      Menurumuskan alternatif strategi, yaitu menguji setiap tindakan yang telah dirumuskan melalui diskusi kelas. Pada tahapan ini setiap siswa didorong untuk berpikir mengemukakan pendapat dan argumentasi tentang kemungkinan setiap tindakan yang dapat dilakukan.
4.      Menentukan dan menerapkan strategi pilihan, yaitu pengambilan keputusan tentang strategi mana yang dapat dilakukan.
5.      Melakukan evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil. Evaluasi proses adalah evaluasi terhadap seluruh kegiatan pelaksanaan kegiatan; sedangkan evaluasi hasil adalah evaluasi terhadap akibat dari penerapan strategi yang di terapkan. 
Menurut Arends (Nurhayati    Abbas, 2000:4), penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima langkah. Kelima langkah itu adalah
(1) mengorientasikan siswa pada masalah;
(2) mengorganisasikan siswa untuk belajar;
(3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok;
(4) mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan
(5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah.
Tahap tahap Pengajaran berbasis masalah  yang lain terdiri dari lima tahap, seperti dijelaskan tabel berikut ini;
Tahapan
Kegiatan guru
Tahap 1 :
Orientasi siswa terhadap masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan perangkat yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 :
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3 :
Membimbing penyelidikan individual dan kelompok.
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan serta pemecahan masalahnya.
Tahap 4 :
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
Tahap 5 :
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi teerhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Sesuai dengan tujuan SPBM adalah untuk menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara umum SPBM dapat dilakukan dengan lngkah-langkah:
1.      Menyadari masalah
Implementasi SPBM harus dimulai dengan kesadaran adanya masalah yang harus dipecahkan.Pada tahap ini guru membimbing siswa pada kesadaran adanya kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan sosial. Kemampuan yang harus dicapai siswa pada tahap ini adalah siswa dapat menentukan atau menangkap kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada. Mungkin pada tahap ini siswa dapat menemukan kesenjangan lebih dari satu, akan tetapi guru dapat mendorong siswa agar menentukan satu atau dua kesenjanganyang pantas untuk dikaji baik melalui kelompok besar maupun kelompok kecil atau bahkan individual.

2.      Merumuskan masalah
Bahan pelajaran dalam bentuk topik yang dapat dicari dari kesenjangan, selanjutnya difokuskan pada masalah apa yang pantas untuk dikaji. Rumusan maslah sangat penting, sebab selanjutnya akan berhubungan dengan kejelasan an kesamaan persepsi tentang masalah dan berkaitan dengan data-data apa yang haru dikumpulkan untuk menyelesaikannya. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam hal ini adalah siswa dapat menentukan proiritas masalah.Siswa dapat memanfaatkan pengetahuannya untuk mengkaji, merinci, dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik, dan dapt dipecahkan.

3.      Merumuskan hipotesis
Sebagai proses berpikir ilmiah, yang merupakan perpaduan berpikir dedukatif dan induktif, maka merumuskan hipotesis merupakan langkah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Kemampuan siswa yang diharapkan dari siswa pada tahap ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Melalui analisis sebab akibat inilah pada akhirnya siswa diharapkan agar dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah. Dengan demikian, upaya yang dapat dilakukan selanjutnya adalah mengumpulkan data yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4.      Mengumpulkan data
Sebagai proses berpikir empiris, keberadan data dalam proses berpikir ilmiah meruakan hal yang sangat penting. Sebab, menentukan cara penyelesaian masalah sesuai dengan hipotesis yang diajukan harus sesuai dengan kenyataan yang ada. Proses berpikir ilmiah bukan proses berimajinasi tetapi proses yang didasarkan pengalaman. Oleh karena itu, dalam tahap ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan. Kemampuan yang diharapkan pada tahap ini aalah kecakapan siswa untuk mengumpulkan dan memilah data, kemudian memetakan dan menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.
5.      Menguji hipotesis
Berdasakan data yang dikumpulkan, akhirnya siswa menentukan hipotesis yang mana yang diterima dan mana yang ditolak. Kemampuan yang diharapkan dari siswa dalam tahap ini adalah kecakapan menelaah data dan sekaligus membahasnya untuk melihat hubungannya dengan maslah yang dikaji. Di samping itu, siswa diharapkan dapat mengambil keputusan dan kesimpulan.
6.      Menentukan piliihan penyelesaian.
Menentukan pilihan penyelesaian merupakan proses akhir dari proses SPBM. Kemampuan yyang diharapkan pada tahap ini adalah kecakapan memilih alternatif penyelesaian yang memungkinkan dapat dilakukan serta dapat memperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternatif yang dipilih nya, termasuk memperhitungkan akibat yang akan terjadi pada setiap pilihan.

E.    Keungulan dan Kelemahan serta Manfaat SPBM  
1.      Keunggulan
Sebagai sesuatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, di anatara.
a.       Pemecahan masalah (Problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
b.      Pemecahan masalah (Problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan bagi siswa.
c.        Pemecahan masalah (Problem solving) Dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d.      Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
e.       Pemecahan masalah (Problem solving) dapat membantu siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu, pemecahan malah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f.       Pemecahan masalah (Problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari buku atau dari buku-buku saja.
g.        Pemecahan masalah (Problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h.      Pemecahan masalah (Problem solving) dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasi pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
i.        Pemecahan masalah (Problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
j.        Realistis dengan kehidupan siswa.
k.      Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa.
l.        Memupuk sifat inquiri siswa.
m.    Retensi konsep jadi kuat.



2.     Manfaat
Manfaat dari pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Dengan pembelajaran berbasis masalah ini siswa berusaha berpikir kritis dan mampu mengembangkan kemampuan analisisnya serta menjadi pembelajar yang mandiri. Pembelajaran berbasis masalah memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya sekedar berpikir sesuai yang bersifat konkret tetapi lebih dari itu berpikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.

3.     Kelemahan
a.       Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b.      Keberhasilan strategi pembelajaran melalui (problem solving) membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.
c.       Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari.
d.      Membutuhkan persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks.
e.       Sulitnya mencari problem yang relevan.
f.       Sering terjadi miss-konsepsi.
           Kekurangan-kekurangan dalam model pembelajaran berbasis masalah ini bukan berarti SPBM merupakan model pembelajaran yang kurang efektif untuk deterapkan dalam proses pembelajaran, akan tetapi kekurangan-kekurangan dalam penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang dikemukakan di atas, menuntut guru sebagai pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha mencari solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. 





Simpulan

Dalam penerapan strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), guru meberikan kesempatan kepada siswa untuk menetukan topik masalah,walaupun sebenarnya guru sudah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Proses pembelajaran diarahkan agar siswa mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis.
 Pada hakikatnya SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa, bahkan guru, dapat mengembangkan kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai SPBM adalah kemamuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
           Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM), banyak memberikan manfaat, serta keunggulan yang yang dapat diambil siswa maupun guru. Namun selain memilki banyak manfaat serta keunggulan strategi pembelajaran model ini juga tak luput dari kekurangan. akan tetapi kekurangan-kekurangan dalam penerapan model pembelajaran ini, menuntut guru sebagai pendidik harus kreatif dalam meminimalisir serta berusaha mencari solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan tersebut. 









Daftar pustaka
Sanjaya, wina (2010). Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.  
      Jakarta: Kencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar